(SSM) - Fatsun Politik adalah salah satu norma etika politik yang termasuk tertua dalam berpolitik secara fair / sportif, merupakan konsep berpolitik (kekuasaan) orang-orang China pada awalnya.
Di negara-negara yang dewasa perpolitikannya, dapat dipastikan bahwa masyarakatnya telah mengerti dan menjalankan pola pikir Fatsun Politik ala China ini. Jadi mereka tau, kapan waktunya berpolitik, dan kapan waktunya hidup bermasyarakat pada umumnya.
Di negara-negara yang dewasa perpolitikannya, dapat dipastikan bahwa masyarakatnya telah mengerti dan menjalankan pola pikir Fatsun Politik ala China ini. Jadi mereka tau, kapan waktunya berpolitik, dan kapan waktunya hidup bermasyarakat pada umumnya.
Saat kita hidup di sebuah wilayah yang memiliki Pemerintahan yang sah dan Berdaulat, maka sudah seyogyanya kita tunduk dan patuh pada Sistem Pemerintahan tersebut.
Jika kita tidak cocok, atau tidak ingin mematuhi sistem pemerintahan di wilayah tersebut, maka silahkan keluar dari wilayah tersebut, dan cari wilayah lain, kalau kini bentuk Pemerintahannya adalah sebuah negara, dan jika Anda menghadapi situasi seperti itu, maka seyogyanya Anda keluar dan ganti ke warga negaraan Anda, itu baru namanya manusia seutuhnya, atau manusia yang ber-akhlak..
Fatsun secara awam atau sederhana dicerna sebagai "Sopan Santun", yang dalam hidup Berkearifan Lokal Nusantara merupakan sebuah norma yang dijunjung tinggi, setelah orang tersebut melalui proses Kajiwo yang matang.
Jika kita tidak cocok, atau tidak ingin mematuhi sistem pemerintahan di wilayah tersebut, maka silahkan keluar dari wilayah tersebut, dan cari wilayah lain, kalau kini bentuk Pemerintahannya adalah sebuah negara, dan jika Anda menghadapi situasi seperti itu, maka seyogyanya Anda keluar dan ganti ke warga negaraan Anda, itu baru namanya manusia seutuhnya, atau manusia yang ber-akhlak..
Fatsun secara awam atau sederhana dicerna sebagai "Sopan Santun", yang dalam hidup Berkearifan Lokal Nusantara merupakan sebuah norma yang dijunjung tinggi, setelah orang tersebut melalui proses Kajiwo yang matang.
Jika Anda seorang "pribumi" di wilayah itu, dan Anda menolak sistem Pemerintah yang Sah dan Berdaulat melalui mekanisme yang dianut oleh Negara setempat, maka Anda adalah Penghianat Bangsa. Tetapi jika Anda pendatang yang notabene bukan "pribumi", maka Anda adalah Binatang Politiik.
Dalam bertahan hidup, manusia bisa berfikir dan berprilaku sopan santun dalam kehidupan pada umumnya maupun dalam berpolitik.
Sementara binatang untuk memperhankan hidupnya, hanya memiliki naluri kalah atau menang. (SSM)